Kenapa
hujan tidak mau berhenti? Payung lebar tak kuasa melindungiku dari guyuran gratis
sore ini. Tubuh dibuat bergidik akibat terowongan cacat pada lapisan kain bulat
di berbagai area, menetes basah mengena kulit. Aku tertawa bukan karena
payungku rusak. Tawa pahit ini semakin menyiksa melihat kebodohanku sendiri. Lebih-lebih
pada satu hal yang menciutkan senyumanku saat dilepasnya.
“Kenapa harus begitu?”
“Aku tidak ingin membahasnya lagi.
Sudahlah, kita jalan masing-masing.” Tangan meraih lengan namun berhasil disibak.
“Aku menyayangimu, aku—“
“Semua sudah berakhir. Selamat tinggal.”
Kakiku masih berdiri menahan ngilu.
Bukan karena lelah, semua terasa pedih saat aku memandangnya bergandengan mesra
dengan sosok gadis yang tak kukenali. Tak pernah ia tersenyum seriang itu.Seandainya ia tahu tak sekalipun aku berniat melupakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar