Flash Fiction ini ditulis untuk
mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di
Facebook dan Twitter @nulisbuku
Tanpamu
Aku Lemah
Hari-hariku tak lagi dipenuhi dengan
tawa dan canda darinya. Bibirnya tak bisa menarik lebih lebar dari dua cm,
hanya gurat yang kusimak bahwa ia tengah tersenyum. Terkadang pun aku susah
mengatakannya. Sorot matanya makin redup dimakan waktu. Tubuh lunglainya hanya
kuat bersandar di kursi roda yang kubelikan tiga tahun lalu.Ya, kekasihku ada
di sana. Jemari lembutnya tak bisa lagi mengenggam kuat seperti sediakala.
“Ra ... ke ....” Suara lirih
tertahan memanggilku, istriku.
Aku bergegas menghampiri, mulai
mencari apa-apa yang bisa kubantu. Pakaiannya tidak basah, kursi roda itu dalam
kondisi baik.
“Ada apa, sayang?” Aku mencoba terus
tersenyum.
Telunjuk yang tak menjauh dari
pegangan tangan, hanya sebagai jawaban. Aku menggangguk pelan.
“Oke, kita jalan-jalan keluar, ya!”
Dengan senang hati aku mengajaknya menikmati pemandangan luar. Istriku
menggerak-gerakkan kepala tanda ia bersemangat.
“Hei, kau lihat! Itu bangku yang
sering kita tempati. Kau mau kesana?” tanyaku.
Istriku terdiam, tak biasanya ia
tidak segera menjawab walau hanya anggukan.
“Uh ....” Telunjuk itu mengarah ke
tempat lain.
Aku menghela nafas. Aku tahu apa
yang dipikirkannya. Perasaan ini sesungguhnya lebih sakit dari ini. Aku
khawatir tidak bisa lebih kuat darinya kelak. Aku sangat menyayanginya, tak
bisa kubayangkan sosok rapuh ini akan meninggalkanku yang telah memberikan buah
hati. Tanpanya aku lemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar